Hari ini rasanya benar-benar gila. Alhamdulillah kewarasan yang tersisa membuatku masih menjadi manusia normal. Sebenarnya kejadian yang kualami hari ini tidak ada bedanya dengan hari-hari biasa terdahulu (sejak aku menjadi guru). Yang membuatnya berbeda adalah karena statusku yang berubah.
Jadi pada awalnya setelah satu bulan aku diterima menjadi guru (aku diterima jadi guru akhir September 2015), aku diamanahkan untuk memegang kelas empat dan kelas lima yang digabung menjadi satu. Kenapa digabung menjadi satu? Karena murid kelas empatnya hanya ada tiga orang dan kelas limanya hanya ada satu orang. Mungkin kalian akan keheranan dengan jumlah murid yang sangat sedikit itu. Tapi kami (para guru) tidak peduli pada hal tersebut. Kami tetap semangat memberikan ilmu. Dan terkadang, jumlah murid yang sedikit itu adalah anugerah. (Informasi: total murid di SD ini adalah 26 anak)
Hingga akhirnya tanpa terasa dua bulan sudah aku memegang “grade atas” (mereka menyebutnya seperti itu). Satu bulan murni belajar dan satu bulan berikutnya diisi oleh ujian akhir semester, liburan, serta pembagian rapor. Di akhir Desember 2015 itu juga, menjelang tibanya semester baru, kami para guru beserta kepala sekolah mengadakan raker (rapat kerja). Nah, di raker tersebutlah muncul sebuah keputusan. Sebuah keputusan yang kini membuatku hampir gila.
Karena seorang ustadzah (panggilan untuk guru perempuan di sana) sedang hamil dan diperkirakan pada bulan Mei yang akan datang beliau akan melahirkan, jadi pada semester genap ini ia diperbolehkan tidak mengajar secara penuh. Otomatis diperlukan orang untuk mengambil alih tugasnya selama ini sebagai wali kelas dua dan tiga. Kuakui dia adalah guru yang hebat karena berhasil memegang dua kelas dalam satu waktu di semester kemarin. Oleh karena itu kepala sekolah sepakat untuk menambah SDM pengajar sebanyak satu orang. Sayangnya karena sampai saat ini belum didapatkan satu orang itu, aku termasuk yang harus mendapatkan peran tambahan. (Informasi: guru SD di sekolah ini hanya ada tiga, dengan empat kelas (grade satu, dua, tiga, dan atas))
Jadi, terbayang bukan harus mengajar tiga kelas (kelas tiga, empat, dan lima) dalam satu waktu!! Wew, aku yakin kalau ada seorang guru yang bisa melakukannya dengan baik pasti ia seorang guru super. Jika ada satu mata pelajaran yang hanya memiliki waktu 60 menit dalam satu pekan. Maka waktu yang dapat aku gunakan sesungguhnya hanyalah 20 menit dalam satu pertemuan sepekan sekali. Ditambah lagi sekolah ini memiliki misi untuk mengirim anak kelas limanya untuk ikut Ujian Nasional. Tahun lalu misi itu berhasil, makanya tahun ajaran ini tidak terdapat anak kelas enam.
Oleh karenanya, anak kelas lima yang satu orang itu harus mendapatkan materi kelas lima sekaligus kelas enam di semester genap ini. Bah, lengkap sudah. Bahkan ini artinya sama saja dalam satu waktu aku harus mengajar empat kelas!!
Tapi bagaimanapun riweuhnya keadaan yang aku alami saat ini, bukan berarti aku menyerah begitu saja. Aku juga tidak berharap belas kasihan, rasanya cupu sekali. Aku hanya ingin mengurai sedikit kegilaan dengan membuat tulisan ini. Karena aku yakin saat aku sudah berhasil melewati masa-masa sulit ini, tulisan ini akan menjadi kenangan yang sangat indah. Seindah dirinya ketika tersenyum, wkwk..
Sore hari yang hujan ini adalah saat yang sangat baik untuk berdoa agar Allah swt. memberiku kekuatan. Sekaligus berharap agar jangan sampai kepala sekolah ataupun rekan guru yang lain membaca tulisanku ini. Wah, kalau itu terjadi mau di mana mukaku ini. Apalagi sejujurnya, belum lama ini aku sempat bersitegang dengan kepala sekolahku gara-gara permasalahan terkait jam kerja. Tapi rasanya malas untuk menceritakannya di sini.
Untuk menghindari mereka membaca tulisan ini, makanya aku pribadi tidak mau berteman dengan atasan maupun rekan kerja di media sosial. Bisa-bisa aku stres nanti, haha..
Bogor, 5 Januari 2016
Ditulis di kantor guru yang juga jadi kelas sekaligus jadi kamar tidur saat jam kerja berakhir.
semangat yusuf
SukaDisukai oleh 1 orang
Sama-sama mbak, hehe..
SukaSuka
Bogornya daerah mana?
SukaDisukai oleh 1 orang
Waduh, bisa-bisa nanti nama sekolahnya ketahuan, wkwk..
Gpp deh asal gak ketahuan ma guru lain, kepala sekolah, apalagi orang tua murid, wkwk..
Di Perumahan Alam Tirta Lestari, Ciomas..
SukaDisukai oleh 2 orang
Semangat Pak Guru… pusing juga megang 3 kelas sekaligus :). Tapi sepengalaman saya, ngajar anak SD itu lbh enak (kecuali kelas 1&2), ketimbang anak SMP… anak SMP itu susah diem hehe
SukaDisukai oleh 1 orang
Kalau ungkapan Mudir Ma’had (Pimpinan Pesantren) ane dulu, ngajarin anak SMP itu macam ngajarin anak kambing alias susah diatur, hehe..
SukaDisukai oleh 1 orang
Super banget…hehe, ngajar dimana Kak ?
SukaDisukai oleh 1 orang
Ups rahasia, nanti bisa-bisa ane membongkar rahasia perusahaan, hehe..
Skenario terburuknya malah bisa-bisa ane dituntut mencemarkan nama baik sekolah, wkwk.. (lebay mode on)
SukaSuka
Semangat kak Yusuf! 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
Makasih Azizah.. 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
Semangat pak. Klo cuma satu orang di kelas 5 pasti bakal rangking satu ya…
SukaDisukai oleh 1 orang
Haha, iya, sudah pasti itu, hehe..
Makasih banyak ya semangatnya.. 🙂
SukaSuka
Waah, jadi satu kelas gitu ribet gak sih? Kan pelajarannya juga beda, gitu.. Trus bagi waktu buat kelas yang lain bagaimana, itu?
SukaDisukai oleh 1 orang
Ribet parah.. Sampai hari kedua ini (hari Senin masih main-main (belum KBM)), ane belum nemu cara yg efektif.. Masih terlalu fokus dg grade 3, grade atasnya jadi terbengkalai..
Rencana sih mau buat lembar kerja gitu (aslinya emg disuruh ma sekolah sih utk buat LKS) .. Jadi anak-anaknya bisa diminta memahami sendiri dulu sekaligus mengerjakan soal.. Kalau ada yg gak paham baru nanya..
Masalahnya unik juga sih ini sekolah, anak-anaknya gak dikasih buku paket, jadi guru-gurunya yg harus pintar2 buat lembar kerja siswa berisi rangkuman materi dan soal-soal.. Alasannya biar gurunya kreatif dan biar materinya gak terpaku pada satu buku paket karena gurunya bisa ambil literatur dari mana saja..
SukaSuka
Iya biar gurunya kreatif, sip.
Mungkin dengan ngasih tugas gitu kan murid jadi aktif nanya, ya? hehe.. 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
Setiap ada ilmu baru alhamdulillah anak-anaknya rajin nanya sih..
SukaSuka
Alhamdulillah.. semoga sukses.
SukaDisukai oleh 1 orang
آمين يا ربّ العالمين
Makasih banyak ya..
SukaSuka
iya, sama-sama. semangat.
SukaDisukai oleh 1 orang
ayo semangat terus yah
SukaDisukai oleh 1 orang
Iya, terima kasih banyak.
SukaSuka
Semangat pak guru semangat.
Pak guru setrong.
SukaDisukai oleh 1 orang
Iya, makasih semangatnya.. Makasih juga sudah mampir.. 🙂
SukaSuka
wah super sekali, lebih riweuh mana sama anak birena kak?
SukaDisukai oleh 1 orang
Sebelas dua belas kayaknya.. Cuma masih lebih terkontrol di sini (sekolah).. Kalau di Birena bahasa yg dipakai anak-anaknya gak terkontrol (suka pakai bahasa kasar)..
SukaSuka
Ayoo semangat terus pak guru, pengabdianmu adalah ibadahmu, meski mungkin jasamu suka dilupakan manusia tapi ada pahala yang menanti di akhirat kelak. Tetap semangat !!
Salam dari Dompu.
SukaDisukai oleh 1 orang
Siap Pak. Makasih banyak atas doa, wejangan, dan kunjungannya.. 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
semangat mas.. mantap pengalaman berharga tuh mas, ngajar 3 kelas sekaligus. kalo saya mungkin gak sanggup. 😀
Insya Allah nanti banyak ibrohnya ya mas…
SukaDisukai oleh 1 orang
Iya, alhamdulillah gak kerasa ternyata sudah tiga pekan saya mengajar tiga tingkatan itu, haha.. Akhirnya semua anaknya saya gabung dalam satu kelas (biar gak repot mondar-mandir)..
SukaDisukai oleh 1 orang
akhirnya digabung juga ya mas..
mantap, cuma ya mungkin rame ya mas kelasnya 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
KeepSpirit gan^^
SukaDisukai oleh 1 orang
Iya Gan, sama-sama.. 🙂
SukaSuka
Semangat mas.
Hebat euy 3 kelas sekaligus dan ternyata masih bisa nulis kegilaan ini juga.
SukaDisukai oleh 1 orang
Haha, maaf ya Mas Febriyan baru balas komentarnya.. Alhamdulillah kegilaannya mulai terurai dan berakhir di awal Februari ini.. Tapi saya belum berhasil nulis-nulis blog lagi, hehe..
SukaDisukai oleh 1 orang
Gpp kok mas. Kan lg penuh kegilaan. Tetap semangat ya mas
SukaDisukai oleh 1 orang
wah guru juga? semangaaaaaaaaat 😀
kemarin sempat jadi guru, handle mapel vahasa inggris kelas 12 IPS 1-3, 12 IPA 3-5, 12 bahasa, 11 Bahasa, 11 peminatan, 12 peminatan :’) sueruuuu kaaaaaan.
tapi terus kelas 12 ujian praktik, jadi handle kelas 11 saja. wohoooooo!
SukaDisukai oleh 1 orang
Wew, luar biasa.. Sekarang postingan blog ente juga kebanyakan pakai Bahasa Inggris ya.. Tapi saya belum sempat blogwalking-blogwalking lagi sejak awal Januari lalu..
SukaDisukai oleh 1 orang
iyaaa belajar membiasakan diri buat tes IELTS soalnya mas 😐 hahaha
rapopo :3 aku paham kok. semangat pak guru !
SukaDisukai oleh 1 orang
Iya, makasih banyak ya..
Wih, semangat juga ya!!! 👊
Ikut tes IELTS untuk melamar pekerjaan atau lanjut studi?
SukaSuka
lanjut studi. kamu ga pengen mengejar beasiswa kah mas yusuf?
SukaDisukai oleh 1 orang
Untuk saat ini sih belum tertarik mbak, hehe.. Tapi entahlah nanti~
Wah, selamat ya, rencana lanjut ke mana dan ambil jurusan apa?
SukaDisukai oleh 1 orang
weeee ingin ke ostrali .. ambil applied linguistik. mengingatknya bikin rada rada mules ~~
SukaDisukai oleh 1 orang
jadi guru itu seru kan ya
SukaDisukai oleh 1 orang
Seru mbak kalau dijalani dgn sepenuh hati, hehe..
SukaSuka
Waiihh, pak guru toh. Emang kuliah jurusan apa mas?
SukaDisukai oleh 1 orang
Haha, aslinya saya alumni Kehutanan IPB jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata..
SukaSuka
Ooww, terus ‘improvisasi’ jadi guru, gitu. Sip deh
SukaDisukai oleh 1 orang
Bisa dibilang semacam “terjerumus dalam kebaikan” sih, hehe..
SukaDisukai oleh 1 orang
Haha, untunglah, kan jarang-jarang. Sy pernah suatu kali ke kab. Kotabaru di kalsel. Di sana sy jumpa dgn satu orang guru. Dia masih muda. Dia juga pengabdian.
SukaDisukai oleh 1 orang
selamat menjadi pahlawan tanpa tanda baca eh tanpa tanda jasa. masih relevan ngga sih nyebut gutu begitu 🙂
salam
SukaDisukai oleh 1 orang
Saya rasa sih masih, tapi selain guru ada banyak profesi lainnya yang juga pantas disebut pahlawan tanpa tanda jasa.. 🙂
SukaSuka
ما شاء الله
Sangar men kowe bang
Yakin, suatu saat anak2 yang abang ajar itu akan teringat pengalaman diajar sama abang suatu saat nanti
Dan akan menjadi kenangan yang indah
cieee
SukaDisukai oleh 1 orang
Haha, aamiin yaa Rabbal ‘aalamiin..
SukaSuka
Semuanya utk ibadah, jadi tak ada kesia-siaan rasa lelah kala mengajar.
SukaDisukai oleh 1 orang
Iya benar, selelah-lelahnya mengajar, semua akan hilang saat melihat muka murid-murid yang ceria.. 😀
SukaSuka
Ping-balik: Kisah Belakang Layar Pernikahanku dan Kisah Keberkahan Setelah Pernikahan – Muslim Forester