Firasat atau Prasangka atau …..??


Pernahkah kalian merasakan sebuah firasat yang ternyata firasat tersebut benar-benar terjadi? Jika pernah, apakah pernah merasakan “firasat” seperti di bawah ini?

Kayaknya kalau barang ini gak ditaruh/disimpan di sini, bakalan hilang/ketinggalan deh!

Kayaknya bakal ketemu polisi nih di jalan!

Kayaknya kalau gak pakai/bawa jaket bakal kedinginan deh! Dll.

Bagaimana perasaan kalian kalau “firasat-firasat” tersebut ternyata benar kejadian? Sebenarnya “firasat-firasat” kita yang akhirnya benar terjadi itu bukanlah sebuah masalah, malah harusnya menjadi rasa syukur. Karena sebab “firasat” kita, kita jadi melakukan antisipasi/solusi yang dapat menghindarkan kita dari “firasat” buruk atau meminimalkan besarnya kejadian buruk yang menimpa kita. Tapi sayangnya… seringnya bukan antisipasi/solusi yang akhirnya saya lakukan.

Ketika saya punya “firasat”, “Kayaknya kalau barang ini gak ditaruh/disimpan di sini, bakalan hilang/ketinggalan deh!”, justru selama ini hampir tidak pernah saya melakukan antisipasi. Akhirnya ketika barangnya benaran hilang/ketinggalan, saya akan sangat menyesal. Mengapa saya tadi tidak mengamankan barangnya, padahal tadi sudah dapat “firasat”!

Omong-omong adakah yang pernah atau sering mengalami kasus seperti di atas?? Kalau ada, bolehlah kasih komentar di bawah, hehe..

Jadi saya menulis ini karena pada hari Jum’at (15/6) kemarin ketika saya silaturrahim ke rumah orang tua, saya kehilangan STNK motor adik ipar yang saya pinjam. Awalnya itu STNK saya taruh di kantong kanan celana bersama handphone. Lalu ketika sampai di rumah orang tua, STNK tersebut saya pindahkan ke saku kemeja batik yang saya pakai. Pada saat dipindahkan, terlintas sebuah “firasat” di dalam pikiran, “Kayaknya kalau gak diamankan ini STNK bakal hilang nih!” Dan seperti yang saya bilang di atas, meski sudah dapat “firasat” seperti itu tetap saja STNK-nya tidak saya amankan dengan benar. Alhasil singkat cerita ketika pulang dan tiba di rumah mertua, saya baru sadar kalau STNK yang saya taruh di saku kemeja sudah hilang.

Setelah sadar bahwa STNK menghilang, saya langsung menghubungi keluarga untuk meminta tolong dicarikan di rumah, berharap STNK tersebut jatuh dan tertinggal di rumah orang tua. Setelah beberapa lama tidak juga ditemukan, istri saya menyarankan untuk pasrah saja dan mengabarkan kejadian ini ke keluarganya.

Entah mengapa, pada awalnya saya stres mendapatkan musibah/ujian ini. Secara sebenarnya ini adalah kejadian yang kedua kalinya saya menghilangkan STNK milik keluarga istri saya. Kehilangan sesuatu yang kita pinjam itu memang lebih tidak menyenangkan daripada kehilangan barang milik pribadi. Alhamdulillah setelah bicara terus terang (dengan dibantu istri), keluarga istri termasuk adik ipar (pemilik motor) tidak terlalu menyalahkan apa yang sudah terjadi pada saya. Saya hanya perlu mengurus kehilangan STNK saja tanpa harus dimarahi terlebih dahulu.

Nah, berbeda dengan pemahaman saya selama ini, ibu mertua justru menganggap lintasan pikiran di atas adalah sebuah prasangka, bukan firasat. Jadi menurut beliau ketika terlintas bahwa STNK ini akan hilang bila saya tidak amankan, maka itu adalah prasangka saya yang pada akhirnya dikabulkan oleh Allah swt. Sebab ada sebuah hadits yang menyatakan bahwa Allah swt sesuai dengan persangkaan hamba kepada-Nya.

Tapi berbicara tentang prasangka atau firasat, saya pribadi menganggap itu adalah firasat. Karena menurut saya, prasangka adalah suatu pikiran/perasaan yang muncul secara disengaja dan disadari betul oleh sang pemilik prasangka. Misal ketika seseorang menganggap bahwa harinya akan bahagia/buruk, maka itu adalah prasangka dia terhadap dirinya, lingkungannya, dan takdir Allah kepada dirinya. Yang bisa jadi Allah swt mengabulkan apa yang menjadi prasangkanya tersebut.

Firasat (menurut saya) adalah suatu lintasan pikiran/perasaan yang muncul secara tiba-tiba. Kalau menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), firasat adalah keadaan yang dirasakan (diketahui) akan terjadi sesudah melihat gelagat. Sedangkan menurut agama Islam, firasat adalah bersitan pertama (dalam hati) atau lintasan pikiran yang terbit dari kekuatan iman dan kedekatan dengan Allah swt sehingga seorang mukmin yang dekat dengan Allah swt dapat menyimpulkan perkara yang tersembunyi di mana firasat seorang mukmin tersebut tidak akan pernah meleset (dirangkum dari berbagai sumber). Artinya menurut Islam, firasat yang dimiliki seorang mukmin pasti benar.

Setelah saya googling ke sana ke mari tentang firasat seorang mukmin, saya jadi semakin ragu, apakah yang selama ini saya alami sejak SD hingga saat ini (yang saya ceritakan di atas) adalah sebuah firasat? Sebab saya merasa keimanan saya tidaklah memenuhi kriteria sebagaimana yang dijelaskan dalam artikel-artikel mengenai mukmin yang memiliki firasat yang benar. Atau benar seperti kata ibu mertua bahwa yang terjadi pada saya adalah prasangka, bukan firasat. Atau bukan kedua-duanya? Adakah yang mengetahui jawabannya? Jika ada, silakan tulis di kolom komentar. Terima kasih.

Akhir kata, meski sempat ragu apakah sebaiknya postingan ini tetap dipublikasikan atau tidak karena sedikitnya ilmu yang saya punya, saya memutuskan untuk tetap memublikasikannya. Pertama sebagai kenangan atas apa yang saya pernah rasakan atau pikirkan (karena saya termasuk pelupa). Kedua barangkali ini sebagai media untuk mengetahui apa yang selama ini belum saya ketahui.


Sangkalan (disclaimer): Ini adalah tulisan (opini) pribadi tanpa ilmu yang mumpuni, sehingga tidak bisa menjadi rujukan.


Selesai tengah malam
Ditulis di Jakarta, 17 Juni 2018
3 Syawwal 1439 H

10 pemikiran pada “Firasat atau Prasangka atau …..??

  1. saya pernah mengalami juga tapi tidak dalam bentuk pikiran langsung seperti Masnya, misalnya,
    saya punya kebiasaan menutup jendela sebelum berangkat kerja, hari itu yang menutup jendela teman saya, dengan keadaan tirai terbuka sedikit tapi jendela terkunci, waktu saya matikan lampu hendak keluar, dalam hati seperti punya firasat yang ga enak dengan kamar.
    ternyata setelah pulang kantor, saya mendapati kamar saya kemalingan. dan membenarkan firasat tadi pagi.
    saya juga ga tahu sih, ini namanya firasat atau hanya sekadar prasangka. soalnya saya juga orang biasa. hehe

    kalau firasat sama feeling itu sama ga sih Mas?

    Disukai oleh 1 orang

  2. Kejadian kayak gitu saya sering sekali mengalami mas. Misalnya mau oergi lumayam jauh naik motor pas berangkat cuaca panas, tapi kepikiran kalau nanyi dijalan mensung atau bahkan hujan. Ada firasat sebaiknya bawa jaket plis mantel walau tidak dipakai tapi akhirnya nggak bawa. Dan ternyata benar ujung-ujungnya ditengah jalan kehujanan.

    Dan masih banyak lagi.

    Itu sedikit kisah saya. Mari berbagi kisah hehege

    Disukai oleh 1 orang

    1. Haha, betul itu.. Sering kejadian juga tuh yang kayak gitu (pas mau berangkat cuaca cerah, kepikiran takut hujan di jalan, tapi ujung-ujungnya gak bawa mantel, eh tahunya tengah jalan hujan beneran).. Termasuk saya dan beberapa teman saya..

      Disukai oleh 1 orang

  3. Sering dulu pas masih sekolah, mau keluar rumah tiba tiba punya firasat bakalan hujan padahal cuaca cerah banget, yaudah ga bawa jas hujan. Eh pas di jalan hujan deres, alhasil seragam sama saya sayanya basah semua wkwkw

    Disukai oleh 1 orang

    1. Ada komentar yg terlewat rupanya.. Baru ngeh, efek hiatus panjang.. Mohon maaf baru direspon, hhe..

      Menurut saya itu sangat mungkin terjadi atas izin Allah swt. Sebagaimana hadits yg saya bahas di atas.. 😀

      Suka

Tinggalkan Balasan ke Yusuf Muhammad Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.